19 June 2010

Definisi Kitab Suci

Definisi kitab suci bagi kekristenan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan definisi kitab suci menurut agama Yahudi (Yudaisme).

Dalam bahasa sederhana, dapat kita definisikan kitab suci menurut Yahudi adalah buku yang ditulis oleh leluhur yang mengajarkan kebenaran tentang sejarah umat manusia di masa lampau, tentang kisah-kisah hidup nenek moyang mereka yang ada hubungannya dengan Tuhan, serta tulisan-tulisan hikmat yang juga ada hubungannya dengan Tuhan.

Iman Yahudi dan Kristen yakin, bahwa tulisan-tulisan para leluhur itu bukan dongeng, melainkan berita (menyerupai surat kabar di masa kita), dan mereka baik secara sadar maupun tidak sadar, telah dibimbing oleh Allah dalam setiap tulisannya. Sehingga, umat Kristen dapat berkata bahwa Alkitab adalah tulisan-tulisan yang terilham.

Definisi lain yang lebih simpel, kita boleh saja mengatakan Alkitab adalah sebuah Kitab Sejarah. Lebih agak mendalam lagi, kita katakan: Alkitab secara harfiah adalah kitab sejarah, dan secara rohaniah adalah firman Allah.

Mengapa disebut firman Allah? Karena kalau kita membaca Alkitab, kita ibarat sedang mendengarkan perkataan-perkataan Allah dan didikan-didikanNya yang maha suci. Allah dalam Alkitab tidak pernah mengajarkan yang jahat kepada para pembacanya, melainkan selalu menekankan kepada kekudusan (hidup kudus dan berkenan di mata Tuhan).

Mengapa disebut kitab sejarah? Karena di dalamnya kita dapati kisah-kisah zaman lampau, misalnya tentang sejarah penciptaan alam semesta dan kisah manusia pertama di Taman Eden, kisah kehidupan bangsa Israel; dan juga kita akan dapati kisah-kisah peramalan (nubuatan) tentang apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Inilah uniknya Alkitab, bukan hanya kita disuruh menengok ke belakang (sejarah masa silam), tetapi kita juga sedang dituntun untuk bersiap-siap menghadapi sejarah dunia di masa depan.

Adalah salah besar, apabila umat Kristen mengartikan Alkitab sebagai kitab keramat yang seluruh isinya adalah berasal dari dikte Allah atau malaikat. Pemahaman Alkitab sebagai firman Allah janganlah ditafsirkan secara demikian, karena ini sesat (mirip pola berpikir agama-agama Pagan, contoh: Hindu). Dalam sejarahnya, Allah tidak pernah mendikte kitab, apalagi sampai diklaim Allah menurunkan kitab suci kepada manusia. Ini salah kaprah dan sungguh-sungguh menjerumuskan pola berpikir yang bodoh! Kitab Taurat ditulis oleh Musa, bukan diturunkan oleh Allah, bukan hasil dikte malaikat, tetapi ditulis dengan gaya bebas sesuai dengan pemahaman Musa sendiri. Mengenai kisah-kisah dalam kitab Kejadian dan sebagian kitab Keluaran, kita boleh yakin bahwa Musa memperoleh pengetahuan itu pasti berasal dari penglihatan yang Allah berikan kepadanya. Kemudian, dengan bahasa dan pemahamannya sendiri, Musa menuliskannya ibarat seorang wartawan di zaman modern sedang menuliskan sebuah berita nyata.(Bandingkan dengan proses penulisan kitab Wahyu oleh Rasul Yohanes).

Begitu pula mengenai kitab-kitab Injil. Kitab-kitab Injil bukanlah hasil karangan Yesus atau Allah yang menurunkan kitab itu kepada Yesus. Kitab injil adalah buku yang menceritakan tentang segala sesuatunya yang berhubungan dengan Yesus: kelahiran, kehidupan dan pengajaranNya, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya dari antara orang mati. Injil bukanlah ajaran. Tidak ada ajaran Injil, yang ada adalah ajaran Yesus. Injil adalah berita sukacita. Injil adalah berita mengenai Yesus, yang telah datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Injil, adalah suatu berita yang mengabarkan kalau Mesias sudah datang. Itulah mengapa Injil sebagai Kabar Gembira.

Allah tidak menurunkan kitab Injil, tetapi kitab-kitab sejarah itu ditulis oleh rasul-rasul, kira-kira dimulai 5 sampai 10 tahun semenjak Yesus terangkat ke surga. Kalau sampai ada umat Kristen yang berpemahaman bahwa Allah menurunkan kitab Injil kepada Yesus, sungguh bodoh dan keliru besar! Ini sesat dan harus diluruskan.

Pada mulanya kitab-kitab Injil bukanlah kitab keramat, melainkan sebagai buku sejarah riwayat hidup dan pengajaran Yesus. Mengapa ada kitab-kitab Injil? Kitab-kitab Injil ada atau ditulis sebagai wujud dari pelaksanaan perintah Yesus kepada murid-muridNya untuk menyebarkan "kabar sukacita" kepada segala bangsa agar mereka mau bertobat dan mau menjadi murid Yesus. Kalau orang mau menjadi murid Yesus, maka mereka harus tahu apa-apa yang diajarkan oleh sang guru. Para murid menyadari, bahwa umur mereka terbatas, tidak mungkin tradisi lisan dipertahankan, dan memang tradisi lisan tidak bisa diharapkan abadi. Seiring dengan kekhawatiran akan hilangnya kisah-kisah mengenai Yesus dan pengajaranNya, maka mereka (para murid) menuangkan tradisi lisan dalam bentuk tulisan (gulungan-gulungan kitab). Tulisan-tulisan mengenai Yesus yang digarap oleh Matius disebut Injil Matius. Kisah-kisah mengenai Yesus yang ditulis oleh Markus disebut Injil Markus. Begitu pula tulisan-tulisan Lukas tentang Yesus disebut Injil Lukas, dan terakhir tulisan-tulisan Yohanes tentang Yesus disebut Injil Yohanes. Tak ada niat sedikit pun dari para penulis itu untuk menjadikan tulisan-tulisannya sebagai kitab suci. Pada abad pertama, tulisan-tulisan mereka pada umumnya hanya dianggap sebagai tulisan-tulisan sastra biasa yang tersebar luas di antara masyarakat Yahudi dan di luarnya (di Roma, Antiokhia, atau di kota-kota Asia Kecil lainnya). Kitab-kitab Injil adalah penuangan atau perwujudan atas tradisi lisan para saksi hidup agar berita sukacita mengenai Yesus Sang Mesias tidak punah seiring dengan semakin tuanya usia para saksi hidup itu. Semula mereka mengira, bahwa Kiamat (kedatangan Tuhan Yesus) segera akan tiba. Tetapi kemudian mereka pun menyadari, bahwa Kiamat tidak akan tiba dalam waktu dekat, sehingga mereka perlu menuliskan itu semua agar bisa terus dibaca dan ajaran Yesus dapat terus disebarluaskan oleh anak cucu mereka.

Kitab-kitab Injil baru dikeramatkan kemudian setelah melewati abad pertama, yaitu sesudah seluruh murid Yesus meninggal. Tidak ada bukti otentik lain yang dapat dijadikan dasar keimanan bagi umat Kristen selain daripada tulisan-tulisan orang suci itu, termasuk di dalamnya surat-surat rasul kepada Jemaat atau pun yang ditujukan kepada pribadi. Kanonisasi oleh Konsili Gereja hanyalah pengesahan, karena sebelum dikanonisasi pun tulisan-tulisan suci itu sudah dipakai sebagai landasan keimanan bagi Bapa-bapa Gereja seperti Ireneus atau Athanasius dan para martir seperti Yustinus Martir dan Polikarpus atau juga filsuf Kristen bidah seperti Marcion. Tulisan-tulisan Origen juga tidak menyimpang jauh dari kitab-kitab kanon.

Demikian harap umat Islam tidak memaksakan definisi yang salah terhadap kitab suci Alkitab. Memang definisi kitab suci menurut Kristen dan Islam sangatlah berbeda, dan kalau umat Islam ingin memahami Alkitab, maka umat Islam harus memahami definisi yang benar tentang Alkitab sebagaimana umat Kristen memahaminya. Kesalahan-kesalahan penulisan atau perbedaan-perbedaan di antara ayat satu dengan ayat lain bukanlah menunjukkan ketidakkonsistenan firman Allah, tetapi itu harap dimaklumi bahwa Alkitab adalah sebagai sebuah buku yang sangat manusiawi. Kita harus memahami Alkitab sebagai firman secara maknawi, dan jangan ditafsirkan secara harfiah. Kami umat Kristen tidak akan merasa terhina sekiranya umat Islam mengatakan kalau Alkitab sebagai kitab suci ternyata setingkat dengan Hadis dalam agama Islam. Ya, pahamilah Alkitab dengan cara yang sama seperti Anda memahami Hadis dalam agama Islam. Maka perbedaan-perbedaan antara penulis kitab Samuel dengan kitab Tawarikh, atau perbedaan-perbedaan antara penulis Injil Matius dengan Injil Lukas, tidak akan membingungkan Anda yang muslim.

Predikat umat Muslim terhadap kitab sucinya Alquran yang dinyatakan sebagai “Buku Dewa”, yaitu kitab karangan Tuhan, adalah terlalu berlebihan, menggelikan dan bahkan kekanak-kanakan. Ibarat seorang anak kecil yang bertanya kepada ibunya:“Bu, kitab suci itu apa?” Sang ibu menjawab:“Kitab suci adalah firman Allah”. Maka anak kecil tadi akan menafsirkan kitab suci seluruh isinya adalah kumpulan ucapan-ucapan Allah. Nah.... jadilah Alquran. Beginilah menurut kesaksian Roh Kudus tentang awal mula ide Muhammad mengarang Alquran. Muhammad adalah seorang dewasa yang kecerdasannya mirip anak kecil dan menggelikan! Mengapa dia tidak menengok sejarah Keyahudian? Kitab Taurat Musa, kitab Zabur (Mazmur) dan Kitab-kitab Injil bukanlah hasil dikte malaikat. Apakah Muhammad merasa takjub dengan kitab para nabi (seperti kitab Yesaya yang hampir seluruh isinya adalah kumpulan ucapan-ucapan Allah)? Ya, benar. Muhammad justru hendak menandingi kitab nabi Yesaya, kitab Yeremia, kitab Amos dan kitab nabi-nabi Israel. Tetapi yang menggelikan, ayat-ayat dalam Alquran ternyata sangat mudah dibuat dan ramai orang mampu membuat ayat-ayat yang sekelas Alquran.
(silahkan buka situs ini http://mengenal-islam.t35.com \ tanggapan_saiful.htm).

Tapi mampukah Muhammad mengarang kitab yang isi perkataan-perkataannya seperti kitab para nabi? Tidak, Muhammad tidak mampu. Yang Muhammad utamakan dalam pengarangan kitabnya adalah ego dan kepentingan pribadinya sendiri. Ada ratusan ayat dalam Alquran yang mengandung duet:“Allah dan Rasul”, dan ada puluhan permintaan agar pengikutnya patuh dan taat kepada Rasul. Ayat-ayat Alquran sangat dipenuhi ego Muhammad, karena Muhammad memang bukan utusan Tuhan. Muhammad banyak menceritakan kisah-kisah penyiksaan Allah di neraka agar orang takut dan patuh kepadanya (bukan kepada Allah, karena “allah” hanya perwujudan dari ego Muhammad saja). Barangsiapa yang berani melawan kehendak Muhammad, maka Muhammad akan menyiksanya dengan dalih memberikan contoh siksa neraka.

Walaupun umat Kristen tidak pernah membangga-banggakan Alkitab sebagai buku suci yang sempurna, tetapi secara maknawi Alkitab memang benar-benar sempurna. Alkitab sungguh-sungguh bercerita tentang Allah, semuanya dilihat dari sudut pandang Allah dan demi untuk kepentingan misi penyelamatan Allah kepada manusia. Tidak ada ego manusia di dalamnya, baik itu ego si penulis (nabi) maupun untuk kepentingan suatu golongan atau bangsa tertentu. Walaupun Alkitab berasal dari Yahudi, tetapi Alkitab secara jujur menceritakan keburukan-keburukan Israel dan penghukuman Tuhan yang ditimpakan kepada mereka. Kitab para nabi malah menjanjikan keselamatan bagi seluruh bangsa, walaupun penulisnya adalah nabi Israel. Tetapi dari Alquran, bisakah Anda menemukan hukuman Tuhan kepada bangsa Arab? Walaupun Arab tengik dan bejat, tetap saja Arab disanjung-sanjung dan semua orang disuruh bersujud ke arahnya (dengan titik sasaran kota Mekah karena di situ terdapat sebuah kotak keramat).

Bagaimana Alquran bisa dinyatakan membawa kebenaran, kalau siapa ibu Yesus saja tidak tahu malah ngelantur menjadikan Maryam saudara perempuan Harun sebagai ibunya!! Jangan khawatir, umat Kristen tidak akan tertawa terbahak-bahak untuk mengejek Buku Dewa ini, cukuplah kami tersenyum kecil saja dan kami mengajak umat Muslim untuk segera bertobat dan meninggalkan agama duniawi ini.